4 Februari 2011

DETEKSI DINI DEMAM TYPHOID

Kerja pagi, wuaaach masih ngantuk. Tapi bagaimanapun juga sy hrs semangat kerja pagi, semangat, semangat, semangat.

Ha ha mumpung masih nyantai nulis dulu ah. 'mmm sy bahas tentang pemeriksaan tipus aja deh.

Demam tifoid (alias tipus / thypus) masih merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia ini. Penyakit ini biasanya mewabah pada musim hujan, juga musim kemarau. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi . Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi (perpindahan penduduk), kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ (itu kata dokter di tmpt sy kerja).

Secara klinis gambaran penyakit typus berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1.Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan demam tidak tinggi yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
2.Gejala pencernaan dapat berupa diare, mual, muntah, dan kembung.

Penularan penyakit ini melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman Salmonella. Gambaran klinis demam tifoid seringkali tidak spesifik sehingga dalam menegakan diagnosis diperlukan konfirmasi pemeriksaan laboratorium (he he jual diri)
Pemeriksaan laboratorium yang selama ini banyak dilakukan adalah pemeriksaan serologis yaitu Widal. Pemeriksaan ini mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12).
Uji widal positif artinya ada zat anti (antibodi) terhadap kuman Salmonella, yang menunjukkan bahwa seseorang pernah kontak/terinfeksi dengan kuman Salmonella tersebut.

Beberapa hal yang sering disalah artikan :
1. Pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, ini merupakan pengertian yang salah, soalnya tes widal hanya menunjukkan adanya antibodi terhadap kuman Salmonella.
2. Pemeriksaan widal yang diulang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil positif dianggap masih menderita tifus, ini juga pengertian yang salah.

Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal kemungkinan positif untuk waktu yang agak lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan.

Hasil ulang pemeriksaan widal positif setelah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bilamana tidak lagi didapatkan gejala yang sesuai.

Hasil uji negatif jangan terlalu dianggap tidak menderita tifus :
Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif pada 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari, sering kali hasilnya masih negatif dan baru akan positif bilamana pemeriksaan diulang. Dengan demikian, hasil uji widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus.

Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid :
1. Tetap harus didasarkan adanya gejala yang sesuai dengan penyakit tifus.
2. Uji widal hanya sebagai pemeriksaan yang menunjang diagnosis.
3. Lakukan tes lanjutan (tes yang paling akurat adalah dengan kultur darah / gal cultur)
Pemeriksaan gal cultur memiliki kelemahan, yaitu hasil pemeriksaan yg cukup lama (5-7 hari) dan harga yg lebih mahal.

Memang terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di daerah endemik, yang mana sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi yang sedikit demi sedikit menghasilkan antibodi, sehingga menunjukkan hasil uji widal yang positif (walaupun hanya dengan kadar yang rendah).
Kelemahan pemeriksaan ini adalah sensitivitas yang kurang, dan bisa memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal yang negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi.

Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah :
1. Negatif Palsu
Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di daerah saya, demam –> kasih antibiotika –> nggak sembuh dalam 5 hari –> tes Widal) sehingga dpt menghalangi respon antibodi. Padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah.

2. Positif Palsu
- Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu. Padahal mungkin yang positif yaitu kuman non S. typhi (bukan tifoid).
- Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll.
***

Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam typhoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik dan lebih sensitive, juga lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella typhi.

Keunggulan pemeriksaan TUBEX TF :
1. Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam.
2. Mempunya sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella ( > 95 %)
3. Hanya dibutuhkan sample darah sedikit
4. Hasil dapat diperoleh lebih cepat.

Dengan pemeriksaan TUBEX TF diharapkan diagnosis demam typhoid dapat ditegakkan lebih dini sehingga pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian akibat kompikasi demam typhoid.


pusing liatin monitor, cappe dech







  
Haidir Zahwan Yudiputra