Beberapa hari yang lalu ada seorang ibu datang ke lab tempat saya kerja dengan menggendong seorang bayi dgn maksud mau periksa darah (bayinya) tanpa tahu apa yang harus sy periksa dengan sampel darah bayinya tersebut. Setelah sy melakukan anamnese (bertanya-tanya) ternyata bayinya belum bisa minum banyak (susu botol / ASI maksudnya), tp setelah sy melihat kondisi bayinya tersebut kelihatan agak kuning (waktu itu saya lihat dengan sedikit menekan kulit pipinya dan melihat matanya.
Kata ibunya sih kuning langsat, tp karena sy sering melihat kondisi bayi yang serupa, yaaa sy periksain bilirubin aja so tahu melangkahi dokter.
Setelah selesai dilakukan pemeriksaan bilirubin ternyata didapat hasil 16,8 gr/dl, wow cukup tinggi juga (dengan nilai normal di tempat kerja sy <10 gr/dl.
Bayi kuning atau bahasa medisnya ikterus neonatorus adalah keadaan yg disebabkan oleh adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kata dokter sih hal ini merupakan proses alamiah pada bayi yang baru lahir untuk melakukan penyesuaian terhadap keadaan di luar kandungan dan biasanya kondisi ini “tidak berbahaya”.
Biasanya bayi akan kelihatan kuning pd usia 3-4 hari dan akan semakin jelas pada usia 6-7 hari, tp kemudian akan berkurang malah hilang setelah usia 10-14 hari.
Dalam hal ini jika sobat baru mempunyai bayi (momongan) yang perlu sobat lakukan yaitu
1. Menjaga bayi agar mendapatkan cukup kalori dan cairan dengan ASI sebanyak mungkin, bila perlu tambahkan dengan susu formula.
2. Setiap hari sekitar jam 7-9 pagi bayi sobat dijemur selama sekitar 30 menit sampai 1 jam dengan sinar matahari langsung mengenai kulitnya (tidak terhalangi kain bedongan -----> kecuali bagian mata dan alat kelaminnya)
Jika sobat datang ke lab untuk memeriksakan bilirubinnya mungkin didapat hasil kurang dari 10 gr/dl atau maksimalnya 12 gr/dl.
Dari pengalaman sy kerja di RS dalam beberapa kasus tertentu, kuning pada pasien bayi bisa jadi berbahaya juga dan bisa menimbulkan komplikasi seperti kejang, keterlambatan perkembangan atau bahkan kematian, oleh sebab itu diperlukan penanganan serta terapi yang tepat jika hal ini terjadi pada bayi sobat semua.
Jika kadar bilirubin bayi lebih dari 12 gr/dl, maka bayi harus disinar dengan sinar biru (orang bilang sih fototerapi atau blue light therapy) secara terus menerus sampai kadar bilirubin dalam ambang normal dengan maksud untuk mengubah bilirubin yang sukar larut dalam air menjadi larut dan terbuang melalui urin ataupun tinja (kotoran).
Tapi jika kadar bilirubin melebihi dari 20 gr/dl maka bayi harus menjalani transfusi tukar darah, kasihan ya.
Dari mana sih bilirubin?
Pada saat masih dalam kandungan, bayi (janin) membutuhkan eritrosit yang sangat banyak karena paru-parunya belum berfungsi. Nah, eritrositlah yang bertugas mengangkut oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi melalui plasenta. Sesudah ia lahir, paru-parunya mulai berfungsi, sehingga eritrosit tadi tidak dibutuhkan lagi dan dihancurkan. Salah satu hasil pemecahan itu adalah bilirubin.
Proses penghancuran tersebut akan menghasilkan heme dan globin, yg dalam proses berikutnya zat-zat ini akan berubah menjadi bilirubin bebas atau indirect. Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun dan sulit larut dalam air. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam menjalankan fungsinya untuk mengeluarkan / memproses bilirubin bebas tersebut, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan timbulnya warna kuning pada kulit bayi.
Lantas di mana terjadinya pemecahan eritrosit tersebut?
Itu bisa terjadi karena adanya tabrakan-tabrakan di saluran pembuluh darah, di sel-sel hati atau di sel limfa. Kadang-kadang pemecahan eritrosit terjadi sangat berlebihan sehingga meningkatkan kadar bilirubin.
Ini biasanya disebabkan beberapa hal:
Pada ketidakcocokan golongan darah, misalnya bila si ibu berdarah O, sedangkan si bayi (janin) berdarah A atau B. "Pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Kalau darah si janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka si ibu akan membentuk zat antibodinya (zat penangkis). Zat ini sedikit banyak akan mengalir lagi ke tubuh si janin melalui plasenta. Akibatnya, zat antibodi ini akan menghancurkan sel darah merah si bayi, sehingga meningkatkan kadar bilirubinnya."
Sedangkan untuk ketidakcocokan golongan darah akibat rhesus, biasanya terjadi bila ibu golongan darah rhesus negatip dan janin rhesus positip.
Selain karena pemecahan sel darah merah yang berlebihan, peningkatan kadar bilirubin juga bisa berasal dari penyumbatan, yaitu bila saluran empedunya tersumbat sehingga bilirubinnya tidak bisa dikeluarkan. Atau juga bila hatinya membengkak (hepatitis), sehingga pipa-pipanya tersumbat. Tapi umumnya kuning yang disebabkan oleh penyumbatan terlihat sesudah minggu kedua atau lebih.
Bagaimana membedakan kuning pada bayi karena bilirubin yang indirect (pemecahan yang belebihan) atau direct (penyumbatan)? mmm "lihat dari kotorannya. Bila kotorannya kuning, biasanya karena pemecahan. Tapi bila kotorannya putih biasanya disebabkan oleh penyumbatan, Hal ini karena empedunya tidak bisa masuk usus, sehingga kotoran tidak bisa diolah dan menyebabkan berwarna putih."
Jika bayi sobat kelihatan agak kuning, lakukan tindakan Pencegahan seperti ;
1.Cari sebab terjadinya kuning tersebut.
Jika kuning karena fisiologis (ringan, terjadi pada usia bayi > 24 jam) tak perlu tindakan karena akan hilang sendiri. Jika terjadi karena patologis (berat, terjadi sebelum usia bayi 24 jam, kotoran berwarna pucat, warna kuning sampai pd telapak kaki / tangan) maka harus di konsultasikan ke dokter anak terdekat.
2.Perhatikan dan tandai kapan munculnya kuning, kecepatan peningkatan kuningnya, serta lamanya.
3.Jangan memberi sembarang obat-obatan pada bayi.
4.Hindarkan bayi dari infeksi. Bayi sangat rentan, sebab itu usahakan selalu bersih dan tidak tercemar sesuatu dari luar.
5.Jangan biarkan bayi "puasa" terlalu lama, berikan ASI atau susu formula tiap 3-4 jam.
6.Sebaiknya hindari pemakaian kamper / kapur barus saat menyimpan baju-baju bayi.
Apa yang selalu dilakukan orang tua yang baik sesuai dengan insting untuk bayinya adalah selalu yang terbaik dari apapun juga.